Jupiter adalah planet terdekat kelima dari Matahari setelah Merkurius, Venus, Bumi, dan Mars. Planet ini juga merupakan planet terbesar di Tata Surya. Jupiter merupakan raksasa gas dengan massa seperseribu massa Matahari dan dua setengah kali jumlah massa semua planet lain di Tata Surya. Planet ini dan raksasa gas lain di Tata Surya (yaitu Saturnus, Uranus, dan Neptunus) kadang-kadang disebut planet Jovian atau planet luar. Jupiter telah dikenal oleh para astronom sejak zaman kuno dan dikaitkan dengan mitologi dan kepercayaan religius banyak peradaban. Bangsa Romawi menamai planet ini dari dewa Jupiter dalam mitologi Romawi.
Selasa, 10 September 2019
Jupiter
Jupiter adalah planet terdekat kelima dari Matahari setelah Merkurius, Venus, Bumi, dan Mars. Planet ini juga merupakan planet terbesar di Tata Surya. Jupiter merupakan raksasa gas dengan massa seperseribu massa Matahari dan dua setengah kali jumlah massa semua planet lain di Tata Surya. Planet ini dan raksasa gas lain di Tata Surya (yaitu Saturnus, Uranus, dan Neptunus) kadang-kadang disebut planet Jovian atau planet luar. Jupiter telah dikenal oleh para astronom sejak zaman kuno dan dikaitkan dengan mitologi dan kepercayaan religius banyak peradaban. Bangsa Romawi menamai planet ini dari dewa Jupiter dalam mitologi Romawi.
Minggu, 01 September 2019
Matahari: Seri Sains dan IPBA
Halo sobat, lama tidak posting ya...rasanya kesibukan menyita waktu meski sekedar menulis. Mumpung pas momen yang tepat, saya mengucapkan Selamat Tahun Baru Hijriyah bagi rekan-rakan muslim semua.
Langsung saja ya...kita akan bahas tentang Matahari Sebagai Bintang.
Berdasarkan pengalaman sehari-hari bahwa selintas akan tampak wajah Matahari yang putih cemerlang menyilaukan mata. Namun, selain cahayanya yang sebenarnya agak berwarna kuning, wajah (piringan) Matahari pun nyatanya tidaklah selalu mulus putih seperti yang kita bayangkan. Apabila disaksikan dengan alat khusus, terkadang terdapat bintik-bintik hitam di sana sini beraneka ukuran.
Cahaya Matahari yang tampak putih cemerlang itu ternyata kalau dilewatkan prisma kaca akan terurai menjadi warna pelangi. Mirip warna yang terdapat di keping compactdisc, busa sabun tatkala terkena cahaya Matahari, atau tumpahan minyak di permukaan air. Uraian warna layaknya warna pelangi ini disebut spektrum warna (singkatnya spektrum) yang telah diamati Newton tahun 1666. Sementara itu, William Hyde Wollaston (Inggris; 1766 – 1828; pakar Kimia, termasuk penemuan adanya beberapa elemen atau unsur baru pada tabel periodik; dan juga pakar Fisika yang terkenal dengan peranti temuannya: Goniometer dan Wollaston Prism) pada tahun 1801-2 mendeteksi untuk pertama kalinya akan adanya garis-garis gelap pada spektrum Matahari (Darling, p.525). Giliran Fraunhofer tahun 1815 berhasil mendata 600 garis gelap yang disebut garis serapan. Sifat ini sama dengan spektrum bintang, yang disusul kemudian dengan penelitian Gustav Robert Kirchoff (Jerman; 1824 – 1887) tentang sifat gas dan karakterisasi spektrum bintang. Pada akhirnya disimpulkan bahwa Matahari tidak lain adalah benda langit yang sifatnya sama dengan bintang. Garis serapan dapat membantu untuk mengetahui unsur apa saja yang ada di Matahari atau bintang lain. Untuk Matahari, unsur utamanya adalah hidrogen (71%) dan helium (27%).
Referensi
- Darling, D., 2004, The Universal Book of Astronomy, John Wiley & Son, New Jersey,
Langganan:
Postingan (Atom)