Selasa, 28 April 2015

Menyerah Untuk Bahagia atau Ikhlas Untuk Merana

Judul yang mungkin membuat orang bertanya, ini admin lagi galau, lagi seneng, atau lagi sedih ? Haa.... pengen nulis aja sih sebenarnya karena kehidupan yang semakin sulit ini menuntut untuk selalu berpikir, berpikir, dan terus berpikir. Jika tidak mau berpikir yah tidur aja atau jadi seorang boss (boss juga berpikir kali yah...).

Ok sob, maksud judul di atas sebenarnya pengen menggambarkan betapa seseorang dengan kehidupan yang serba pas-pasan ini mengalami dilematis yang luar biasa. Punya uang sedikit sudah membuat hati seneng, tenang, dan bahagia, tapi ya bahagianya juga cuma sedikit karena uang tadi untuk membayar ini itu, melunasi hutang itu dan ini. So...jika sudah menyerah akan keadaan berarti seseorang menyerah untuk bahagia. Sebab kebahagiaan itu dicari bukan datang dengan sendirinya.
Bagi orang dari GOLEKLEMAH makan tahu-tempe adalah makanan setiap hari, tambah kecap merupakan nikmat tersebdiri, makan dengan sambel bawang merupakan anugerah tersendiri, dan menikmati sayur kangkung selalu disyukuri. Lalu dimana kebahagiaan itu ? Kebahagiaan lahir karena hati yang puas, hati yang tenang, dan hati yang bersyukur.
lalu....menyerah untuk bahagia artinya menerima kenyataan yang ada....

Iklas untuk merana artinya apapun yang terjadi ya terjadilah karena itu semua memang kehendak yang punya hidup, jalan yang harus ditempuh, dan takdir yang sudah berlaku. Permasalahannya siapa yang mau merana ? tentu tidak ada !
Yang ada berusaha untuk bahagia. Nah, upaya inilah yang kemudian dapat menjebak "sebagian" dari kita menjadi merana. Sudah kerja enak, gaji lumayan, masih belum puas akan hasil yang dicapai tersebut, sehingga kehidupannya cenderung merana, merasa kurang, dan akhirnya mencari pelampiasan. Nah, jika sudah begitu siapa yang salah?
Tidak ada yang salah, yang bermasalah adalah pilihan anda sendiri: Memilih Menyerah untuk Bahagia dengan bersyukur, atau Ikhlas untuk Merana dengan menyesali apa yang ada.

Nb. perlu mikir abot untuk memahami tulisan di atas. Hehe....Salam Kupat Tahu

Jumat, 24 April 2015

Media Pembelajaran : Antara Kemauan dan Kemudahan

Sebagai seorang pebelajar entah itu menjadi seorang guru, tentor, tutor, atau peserta didik menginginkan setiap ilmu baru yang diperoleh dalam pembelajaran dapat diterima dengan baik.
Seorang guru tentu mendambakan apa yang disampaikan di kelas dapat diserap sepenuhnya oleh peserta didik di kelasnya tanpa terkecuali. Namun, kenyataan tidak seindah keinginan....sebagian besar peserta didik datang ke sekolah hanya untuk menunaikan kewajibannya sebagai seorang anak yang masih berada di usia sekolah, daripada di rumah harus bekerja, harus membantu orang tua, menganggur, dan segudang alasan lainnya. Fenomena ini kerap kali menjadi kendala tersendiri bagi guru untuk menggapai keinginan agar materi terserap seluruhnya.
Menurut beberapa penelitian, peserta didik hanya dapat menyerap sekitar 20% materi ajar dari seorang guru di kelas, selebihnya dianggap angin lalu. Kasus lain, peserta didik dapat secara optimal menerima pelajaran pada 20 menit pertama, sdangkan sisanya diikuti dengan keterpaksaan saja.
Fakta memang, mengajar tidak sindah harapan, belajarpun tidak seindah membalikkan telapak tangan.

Untuk itu, guru dengan sega daya dan upayanya menciptakan metode pembelajaran, menggunakan berbagai model pembelajaran agar peserta didiknya mengerti, memahami, dan menguasai bahan ajarnya. Salah satunya memanfaatkan media pembelajaran.
Namun, apakah menggunakan media pembelajaran secara otomatis membuat peserta didik lantas mengerti apa yang disampaikan ? Tentu saja tidak, sebab media hanya sebagai bagian kecil dari hal yang menentukan keberhasilan belajar peserta didik.
Faktor lain, keengaanan guru dalam merancang media membuat pembelajaran menjadi monoton, statis, dan sebatas teoretis. Waktu dan kemampuanlah yang menjadikann hal tersebut berlangsung secara terus menerus.
Lalu salah siapa dan mau di bawa kemana pendidikan kita ???
Yuk kita diskusikan bersama....

Salam,

Senin, 20 April 2015

Kita Hidup di Dunia Nyata

Acapkali kita menginginkan sesuatu entah itu barang maupun non barang yang dapat memuaskan keinginan bathin kita. Melihat fenomena gedget yang baru tentu semua orang ingin memilikinya sebagai bentuk prestise, kebanggaan, dan kepuasan diri.
Melihat rekan sekantor sukses dalam karir, rumah tangga, dan keluarga, tentu kita menjadi iri karena (sebagian) dan terkadang dari kita tidak dapat seperti itu. Ya, inilah dunia NYATA.
Keinginan, harapan, dan cita-cita hemat saya semua manusia sama yaitu menggapai kebahagiaan yang dapat diperoleh melalui bermacan cara.
Semua ingin ideal: istri cantik molek nan aduhaii, uang yang melimpah berkecukupan, anak-anak yang sehat dan pintar, kendaraan memadahi, fasilitas dan perabotan lengkap, dan rumah tinggal bak istana Yuni Shara atau Rafi Ahmad...namun pupus lamunan itu ketika melihat kenyataan....
Ya, kita hidup di dunia nyata bukan di dunia ideal.
Apa yang harus dilakukan ? cukup melamun saja, atau segera turun tangan singsingkan lengan baju untuk menggali potensi dan sumber daya yang melimpah (yang) sejatinya telah disediakan Tuhan untuk kita.
Permasalahannya adalah: dimana dan dengan apa menggalinya ?? Itulah dunia nyata, tak seindah impian.

Salam Mimpi