Senin, 24 Oktober 2016

Pungli: Dilema Budaya

Alkisah pagi ini saya mempersiapkan diri untuk mengantar buah hati ke sekolah; alih-alih menjadi warga negara yang taat hukum terutama lalu lintas semua kelengkapan dan administrasi perjalanan saya cek dan siapkan, mulai dari kantong celana jangan sampai kosong, kantong baju jangan sampai bolong, dan sim serta stnk jangan sampai ketinggalan di atas galon.
Singkat cerita, jam 08.00 saya melaju ke unit pelayanan SIM karena bulan depan SIM saya merayakan ulang tahunnya sehingga harus diperbaharui. Alur kepengurusan yang sudah saya pahami dengan baik dan benar membawa saya ke tes kesehatan. Dipandu oleh 2 dokter muda yang cantik tapi cukup gendut itu diperiksa mata, ketinggian, massa tubuh, dan tensi. Disela pemeriksanaan si embak tadi bertanya kerja dimana, sebagai apa, dan apa yang bisa di bantu. Sekilas pertanyaan itu sederhana, tapi kata "apa yang bisa dibantu" membuat ambigu karena saat itu dirinya sudah membantu pemeriksaan kesehatan...apakah ini "kata rahasia" untuk sebuah jalur tikus agar pengurusan SIM lebih cepat melalui jasa calo....entahlah... Nah di unit ini biaya administrasi 40 ribu, tanpa kuitansi. Dan saya bayar tanpa masalah...alhamdulillah punya duit.
Lanjut ke unit SIMnya, begitu parkit pak sekuriti sepeda motor (juru parkir) langsung mengarahkan ke pos....dengan langkah pasti dan digagah-gagahkan saya hampiri 3 pak polisi yang sedang piket... "Selamat siang, adaya yang bisa dibantu ?" (pertanyaan serupa dengan embak tadi). "Saya mau perpanjang SIM pak pol", "Oh ya, boleh lihat berkasnya".....beberapa saat pak polisi membolak-balik berkas tanpa komentar. "Silakan ke bagian pendaftaran.." saya jawab "Nggih pak, matur nuwun".
Sekali lagi tidak ada masalah di segmen ini, tapi tampak penggirangan ke pos dan diperiksa oleh pak polisi ini menunjukkan kehati-hatian unit SIM...siapa tahu Pak Gubernur yang menyamar dan sidak langsung...hahaha.
Ketika mendaftar diberikan nomor antrian seperti tanda peserta seminar. Ketika foto ada yang membuat 2 sim sekaligus A dan C dan yang emejing, anak itu tidak menggunakan tanda antrian....what's going on ?? apakah anak ini pakai jalur tikus....entahlah...
Singkat cerita pelayanan cepat dan mudah saya temui kali ini, berbeda dengan bulan ketiga waktu membuat sim baru lebih belibet dan lamaaa.
Kinerja seperti ini yang sejatinya harus dilakukan pelayanan publik sejak dulu. Salut untuk pak polisi SIM dan jajarannya semoga tetap bertahan seperti itu.
Eniwai, apakah ada pungli ?? Tidak ada, biaya SIM sebesar 75 ribu (dengan bukti pembayaran) langsung dibayarkan di kasir Bank, menuju pembayaran, foto SIM, dan pengambilan SIM diberikan  kupon PMI sebesar 5ribu (seperti jaman sd sampai sma juga spt itu).
Jadi untuk perpanjangan sim habis 75 ribu + 40 ribu + 5ribu = 120 ribu.

Posting ini tidak bermaksud apa-apa, tidak melaporkan, juga tidak mencium indikasi pungli. Jika pun ada yang melalui jalur tikus, biarkan oknum tsb yang tau...saya tidak perlu tahu karena saya ingin menjadi warga negara yang berbudaya baik, santun, dan taat aturan.
Selamat untuk pelayanan sim kali ini...saya puas dan berani kasih jempol

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan Lupa Tinggalkan Komentar Sobat... ^_^