Saat ini tengah ramai diperbincangkan tentang kebijakan dan larangan mengadakan study tour di sekolah. Terkait insiden dibeberapa daerah yang menyebabkan korban di jalan raya memang meninggalkan duka sekaligus empati bagi korban dan keluarganya. Semoga tidak ada kejadian demikian di tahun-tahun selanjutnya.
Meskupun hal tersebut tidak diharapkan, namun kebijakan pengadaan study tour tidak terlepas dari persiapan dan kebijakan dari masing-masing sekolah. Adanya study + tour ini menjadi sebuah hal yang lumrah dilaksanakan oleh sekolah dari tahun ke tahun, dengan lokasi yang sama atau bertambah jauh seiring biaya yang harus diiur oleh orang tua siswa. Disadari atau tidak, keinginan study + tour ini tetap diinginkan oleh siswa, kesempatan bisa bermain bersama dengan rekan-rekan satu kelas dan bapak ibu guru menjadi kenangan tersendiri kelak dikemudian hari. Alih-alih ingin menyenangkan putra-putrinya orang tua dengan beragam pertimbangan tentu ingin memenuhinya dengan membayar biaya yang juga relatif tidak sedikit.
Permasalahan muncul disaat ada accident, sehingga yang disalahkan adalah gurunya. Mohon maaf, sebagai orang yang pernah jadi guru disekolah, tidak tepat rasanya jika menyalahkan kebijakan study tour ini sepenuhnya kepada guru. Guru hanya pelaksana teknis mendampingi siswa, pun tidak semua guru biasanya diikutkan karena alasan tertentu. Kebijakan adanya study tour biasanya muncul dari usulan siswa, kemudian sekolah mengakomodir dengan memberikan edaran/ angket/ formulir terkait study tour tersebut. Jika persentase yang menyetujui lebih banyak, maka dilaksanakan sesuai kesepakatan bersama. Untuk itu, mengapa ada statement yang menyalahkan Guru ?
Untuk amannya sebenarnya dari teknik penyelenggaraannya saja, misalnya study tour ke lokasi yang dekat dengan sekolah, tidak perlu ke luar kota apalagi hingga luar pulau. Maksimalkan potensi study-nya dibandingkan tournya. Berikutnya adalah pemilihan armada yang sehat dan terpercaya, sehingga perjalanan akan aman dan nyaman untuk semua pihak. Bis wisata jika dipilih yang masih prima, sopir yang elegan yang tidak kebut-kebutan tentu akan menjadi salah satu indikator kenyamanan dalam wisata.
Wacana pelarangan study tour tentu berimbas pada banyak aspek, dari sepinya obyek wisata hingga hilangnya momen kebersamaan siswa, sehingga saya beropini jika wisata + study ini tidak perlu dilarang namun diatur teknis pelaksanaannya saja, agar hal-hal yang sekiranya membahayakan dapat diantisipasi sejak awal.
Selamat berwisata + studi. Semangat untuk bapak/ ibu guru pendamping.