Jumat, 30 November 2018

Ukuran Kesuksesan

Selamat pagi sahabat, tak terasa kita sudah dipenghujung bulan November. Segala evaluasi dan perencanaan tentunya sudah kita siapkan untuk menyambut awal bulan Desember, meskipun perencanaan itu rutinitas adanya. Apapun bentuknya semoga diberikan kemudahan dan keberkahan. Aamiin. Penghujung bulan November ini merupakan momen yang mungkin ditunggu oleh sebagian orang karena masuk bulan Desember yang berarti akan mengakhiri tahun 2018 ini. Bagi sobat Nasrani tentu sudah mempersiapkan untuk meyambut hari Natal, bagi yang tidak merayakannya akan mengisi dengan liburan atau agenda lainnya. Disisi lain, tentu akhir tahun bukanlah untuk merayakannya namun untuk melakukan evaluasi tentang apa yang telah dilakukan dan diperoleh selama tahun 2018; capaian apa yang sudah diraih, target apa yang belum dicapai, dan bagaimana strategi untuk mewujudkannya selama sebulan ke depan.
Memang dalam kehidupan ini ukuran kesuksesan "sebagian" masih diukur dengan nilai materi. Sering saya menyimak postingan seseorang yang telah mentas dan menjadi sosok bos diperusahaannya. Dalam setiap postingannya selalu memotivasi orang lain untuk berusaha dan menggali potensi diri guna mengembangkan kemampuan serta kekayaan. Namun ada sisi lain, kesombongan berbalut nasihat kadang masih saja muncul disetiap postingannya, tentang prestasinya, tentang segala macam proyeknya, dan sebagainya.
Iri, ya jelas lah...siapapun yang mengetahui masa lalunya tentu iri....namun keirian itu tidak boleh berlarut karena kenyataannya dia memang seperti itu, sukses dan punya uang banyak. Lalu mau apa ?
Kesuksesan bisa dimaknai pula sebagai capaian kebahagiaan yang diraih....alih-alih kita belajar fisika, seseorang yang telah bergerak dengan kecepatan mula-mula seseorang yang dimodali orang tua, ndilalah dapat pasangan dari keluarga mapan dengan gaji tinggi, lalu mau apa ? Iri .... ?? ya tidak usahlaah...kehidupan sudah ada yang mengatur.
Bagi kita sekarang adalah, memaafkan diri sendiri, memperbaiki diri, dan mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi dengan segala konsekuensinya. Biarkan orang lain mau bilang apa, yang penting kita sudah berusaha yang terbaik.
Bagi kita sekarang adalah jangan pernah mengurusi orang lain, apalagi urusan pribadinya...urusan kita saja belum tentu benar kok sudah mau mengurusi pribadi orang lain.
Akhir kata, mari kita refleksi diri...jangan menyalahkan orang lain atas kekecewaan kita. Jika kita punya cermin perbanyaklah bercermin sebagus apakah diri kita.
Salam....

Rabu, 07 November 2018

Bertutur Baik, Berlaku Baik

Tindakan apapun itu namanya saat diri sedang tidak stabil atau labil biasanya diluar kendali akal yang sehat. Baik dalam bertutur kata, bertingkah laku, maupun bersikap terhadap suatu hal. Terkadang kita karena luapan emosi atau perasaan yang sangat tidak mengenakkan dengan mudah mengeluarkan kata-kata maupun ujaran yang bisa jadi melukai perasaan orang lain. Pun begitu dengan postingan kita di media sosial. Di era keterbukaan dan privasi ini dengan mudahnya kita mengungkap apa isi hati melalui status maupun caption; yang sedang bahagia akan meluapkan kebahagiaannya dengan menuliskan hal-hal indah, yang sedang sedih sebagai ajang curahan hati, dan yang iri menyiyir saja kerjaannya.
Alih-alih menjaga diri agar tidak terjebak pada ujaran kebencian, maka hati-hatilah dalam membuat suatu tulisan, ujaran, postingan, atau apapun yang bernada menyinggung perasaan orang lain. Mamang sih, itu hp kita, akun status kita yang bisa kita manfaatkan secara bebas dan luas...namun kebebasan dan keluasan itu terbatas karena kita berinteraksi dengan orang lain.
Jika tidak suka cukup rasakan ketidaksukaan tersebut, abaikan, bahkan buang jauh-jauh segala hal tentang hal yang tidak disukai tersebut.
Jika suka, cukup nikmati kesukaan tersebut tanpa berlebihan hingga menimbulkan salah persepsi.
Dan yang paling penting, apapun masa lalu seseorang biarkan itu jadi masa lalu, jangan pernah mengungkitnya, bantulah dia agar bangkit dan menjadi sosok yang lebih baik.