Peluang usaha akan ada dimanapun berada karena itulah wujud rejeki yang harus dicari dan digali keberadaannya. Rejeki tak akan kemana, betul dan sepakat dengan kata tersebut, namun jika tidak dicari dan digali apakah akan datang dengan sendirinya ? Tentu tidak !
Ijinkan saya bercerita:
Kisah pertama:
Alkisah ada seorang mahasiswa (saya) yang sewaktu kuliah mengajukan hibah kreativitas mahasiswa; saya ingat betul waktu itu (dan kebetulan) saya menjadi pembibingnya mengajukan ide PKM T. Alhamdulillah lolos dan maju sampai tahap monev. Singkat cerita, dengan sebagian (sisa) dana yang ada tersebut membuka usaha jualan flasdisk dan perlengkapan komputer lainnya. Seiring berjalannya waktu, usahanya semakin berkembang dan saat ini tokonya tidak pernah sepi sejak dibuka hingga mau tutup. Saya sendiri sebagai pelanggan yang entah kenapa jika tidak beli di tokonya kok rasanya ada yang tidak pas, padahal barangnya sama dan harganya relatif sama. Saya coba berfikir, kenapa bisa seperti itu ?
Ternyata:
1. Setiap pembeli yang dikenal dengan baik diberi potongan harga, meski cuma 500 rupiah dan itu disampaikan kepada karyawannya. (tentu saat si bos ini ada disitu)...hehe
2. Warantly product. Ya, meski garansi terbatas tapi toko ini menyediakan garansi produk yang dijualnya...bukankah ini suatu keunggulan ?
3, Menjaga kepercayaan, entah kenapa setelah saya cari dan berbincang dengan banyak rekan-rekan, ternyata pendapat mereka juga sama....."mending beli di toko mas itu". Ini modal utama ternyata !
Kisah ke dua:
Ada warung makan yang cukup terkenal di sebalah kampus, ketika buka dengan slogan murah dan sehat, warung ini ramai sekali, bahkan pernah untuk bisa pesan saja menggunakan nomor antrian. Amazing. Kenapa bisa begitu, karena harganya murah, kemasan sangat cantik, dan pelayanannya ramah sekali. Wah bisa menjadi langganan sepertinya.....
Lambat laun, warung ini tidak menjaga konsistennya....HARGA NAIK SEJAK TANGGAL ......., waa slogan murah ternyata tidak berlaku lagi, alias pelanggan sambil makan bergumam, "besok tidak beli disini lagi".
Lho yang naik apa ? Lele kremes yang tadinya 9 ribu jadi 11 ribu, ayam kremes yang tadinya 10 ribu jadi 12 ribu.
Yaa....pelanggan akan pergi ketika :
1. kenaikan harga ditulis besar
2. kenaikan harga meski 2 ribu
3. warung sepi, pendapatan turun, gaji karyawan turun, pelayanan manyun
4. tidak konsisten, lele yang tadinya ukuran sedang lambat laun mengkerut jadi kecil.
Nah, itu lah kenapa kita harus mengenal pasar dulu. Dari kisah pertama jika saya amati, mereka menaikkan harga dengan cara yang cantik. Harga naik tidak ditulis besar, tapi cukup ditulis dalam list harga. Beberapa hari kemudian harga ternyata turun lagi...jadi fluktuatif gitu. Nah untungnya dimana, ya tentu saja ambil selisih saat harga dinaikkan itu untuk nutup saat harga diturunkan. Cerdas bukan ??
Pelanggan tetap datang, untung juga didapat.
Ini inspirasi bagi saya, dan semoga juga untuk rekan-rekan semua. Selamat dan semangat pagi. Selamat beraktivitas.
3.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan Lupa Tinggalkan Komentar Sobat... ^_^