Minggu, 08 Mei 2011

Harga Mahal Sebuah Kebodohan

Siapakah yang mau dikatakan atau dianggap Bodoh ??
Pasti tidak ada seorangpun yang mau disebut demikian, pun saya paling alergi dengan kata itu, baik mengucapkan atau mendengar. Tapi ada saja harga mahal yang harus dibayar karena kata ini.

Mengutip dari salah satu referensi "Kebodohan bukan ketidak tahuan. Bodoh adalah ignorance. Sementara ketidak tahuan justru tidak apa-apa, selama memang setelah itu belajar hingga menjadi tahu (tapi kalau ketidak tahuan menjadi perulangan kesalahan yang sama, maka kemudian ketidak tahuan berubah menjadi 'kebodohan'). Bodoh adalah kata negatif yang digunakan atas sesuatu yang semena-mena/ ignorant , takabur, result dari sebuah aksi yang menggampangkan sebuah konteks. Bodoh itu bukan khilaf. Khilaf itu tidak sengaja (tapi kalau khilaf melulu ya itu jadi sengaja)" .

Seringkali di masyarakat menyatakan orang yang tidak bisa hanya pada satu hal sudah dianggap bodoh, namun benarkah demikian ? Kita misalkan saja, Prof.Dr.BJ.Ing.Habibie adalah seorang jenius di Indonesia diakui atau tidak beliau memunculkan ide-ide cemerlang bagi kemajuan bangsa ini. Permasalahannya adalah apakah jika Pak Habibie tidak bisa menanam padi, atau memasak lantas disebut bodoh ? Tentu tidak seperti itu. Sekali lagi bodoh adalah suatu ignorance yang dilakukan secara sengaja.


Lantas mengapa kata "bodoh" melekat pada seseorang yang tidak bisa melakukan sesuatu ? Inilah yang disebut salah kaprah dalam kehidupan disekitar kita. Untuk itu sobat....jangan pernah mengatakan "bodoh" pada adik, saudara, atau bahkan anak kita; dikarenakan si anak tidak dapat mengerjakan soal aljabar, belum bisa membaca, dan sebagainya. Ingat belajar memerlukan waktu dan proses. Jangan halangi pikiran mereka dengan memberikan label "bodoh", sehingga mereka selalu menganggap dirinya tidak bisa apa-apa. Bukankah ini menghambat perkembangan mereka ?

Kisah lain...seorang lelaki bersama putranya (kira-kira seusia anak SMP) berjalan kearah kami, kebetulan saya sedang berada di sebuah show room Notbook di sebuah toko.
Kemudian sang bapak memulai pembicaraan, "mas saya cari laptop untuk anak saya, yang paling bagus". Dalam hati saya berpikir wah si bapak pasti memiliki dana banyak untuk membelikan laptop anaknya ini, terbukti dia memilihkan barang yang paling bagus.
Sejurus kemudian rekan saya (sebagai penjual) mengajak bapak dan anak tadi melihat-lihat laptop yang dipajang, dan tanpa mempertimbangkan spesifikasi langsung menjatuhkan pilihan pada merk X. Setelah negosiasi harga akhirnya sang bapak membawa pulang laptop dengan penuh kebanggaan. Kemudian saya tanya sama rekan saya tadi, "kena berapa boss ?" rekan saya bilang "10 juta"...wah benar rupanya sang bapak banyak dana, tapi setelah saya tanya pada rekan...laptop yang mana boss, rekan saya menjawab tuh yang tadi saya tunjukkan ke kamu yg tadi saya tawarkan Rp.4.300.000,00....
Sudah sama OS-nya bos tanya saya lagi, kemudian rekan saya bilang "belum". Wah jika begitu untuk apa laptop bagus tanpa OS....

Apakah bapak tadi tergolong "bodoh" ??

Silahkan diskusikan di komentar....

3 komentar:

  1. bahasan yang menarik kawan. kadang orang tahu bisa dianggap bodoh, karena dia tahu salah tapi tetap saja dilakukan.
    terima kasih kunjungannya

    BalasHapus
  2. Tanpa sadar stigma bodoh itu akan menjadikan kita 'tampak' benar-benar bodoh...ah, artinya saya harus lebih hati-hati nih, buat megeluarkan kata yang tidak layak pakai ini ;)

    BalasHapus
  3. bintang: saya sepakat dengan sobat, terima kasih kunjungannya

    BalasHapus

Jangan Lupa Tinggalkan Komentar Sobat... ^_^